contoh rate card creator

Dulu waktu pertama kali menerima email penawaran kolaborasi dari brand, sebagai blogger pemula, saya agak bingung ketika mereka menanyakan rate card untuk kerjasama berupa penulisan artikel dan content placement di blog, maklum, dulu saya masih belum paham cara membuat rate card untuk content creator itu bagaimana.

Tapi setelah beberapa tahun menggeluti profesi content creator dan mengikuti beberapa kelas blogger, akhirnya saya mulai mengerti alur pembuatan rate card dan portofolio blogger itu bagaimana, dan memutuskan untuk membuat rate card untuk blog saya.

Ya.. siapa tau dengan adanya media kit atau portofolio rate card, branding saya sebagai Blogger bisa semakin kuat, dan tentu proses menghasilkan uang dari konten artikel yang saya tulis jadi semakin meningkat.

Yang Harus Disiapkan Untuk Membuat Rate Card

Ada beberapa poin yang harus dilengkapi dalam membuat rate card untuk content creator. Poin tersebut berupa data yang harus disertakan ke dalam media kit atau portofolio, untuk mempermudah kita dalam menentukan nilai rate card.

Di mana nantinya data-data tersebut juga akan menjadi bahan pertimbangan bagi brand, apakah rate yang kamu ajukan sesuai dengan performa blog kita.

Dan sebagai langkah awal, kamu bisa menyiapkan beberapa data berikut untuk membuat rate card content creator;

1. Data Performa Blog

Pertama kamu harus menyiapkan data performa blog sesuai dengan Tools Analytics yang sudah umum digunakan. Misalnya, kalau di portofolio milik saya, saya akan mengambil data performa blog atau page view selama 3 bulan terakhir melalui Google Analytics, setelah menyiapkan data tersebut, saya akan menyimpannya dalam bentuk gambar tangkapan layar untuk dimasukkan ke dalam media kit portofolio.

Selain Google Analytics, kamu juga bisa menggunakan Ahrefs, SEM, atau data analytics berdasarkan Google Search Console.

2. Authority dan Ranking Blog

Authority Blog memiliki peran yang sangat besar untuk menentukan nilai rate card bagi content creator, karena angka authority tersebut menunjukkan ranking sebuah blog di mata Google.

Authority Blog tersebut biasanya meliputi;

  1. Domain Authority (DA) dan Page Authority (PA) yang bisa dicek melalui MOZ
  2. Domain Rating (DR) dan URL Rating (UR) yang bisa dicek melalui Ahrefs
  3. Trust Flow (TF) yang bisa dicek melalui SEMrush
  4. Jumlah Google Index yang bisa dicek melalui Google

Dari kumpulan angka authority berdasarkan tools digital marketing di atas, kamu akan bisa dengan mudah menentukan rate yang tepat, ketika ada brand yang mengirimkan email penawaran kerjasama yang membutuhkan info rate card.

3. Informasi Media Sosial

Sebagai data tambahan, kamu juga bisa menyertakan informasi media sosial yang kamu gunakan beserta jumlah followers-nya. Di mana nantinya artikel yang sudah kamu tulis di blog, bisa kamu bagikan ke media sosial tersebut, dan itu bisa menjadi nilai plus tersendiri bagi brand karena dapat menambah awareness audience terhadap produk mereka.

Apabila 3 data di atas sudah kamu siapkan, selanjutnya adalah membuat desain media kit atau portofolio untuk menyiapkan rate card.

cara membuat rate card untuk blogger

Cara Mebuat Rate Card untuk Content Creator

Sebagai content creator yang identik dengan ide-ide kreatif, tentu untuk membuat portofolio, kamu juga harus bisa secara kreatif dalam menyajikannya, bukan hanya sekedar tulisan-tulisan yang monoton saja.

Kamu bisa menambahkan gambar hasil tangkapan layar dari semua poin yang sebelumnya sudah kamu siapkan di atas, sebagai bukti otentik bahwa performa blog yang kamu sajikan bukan hanya sekedar angka buatan.

Oke, sebagai contoh, berikut adalah urutan portofolio content creator yang saya gunakan pada media kit rate card blog saya;

1. Performa dan Authority Blog

Pada poin pertama kamu bisa menampilkan gambar data analytics atau page view blog selama 3 bulan terakhir, beserta ranking dari masing-masing authority yang sudah saya sebutkan di atas. Jangan lupa sajikan data tersebut secara kreatif namun tetap bisa terbaca dengan jelas untuk menarik perhatian brand atau calon klien.

2. Media Sosial dan Jumlah Followers

Poin berikutnya adalah informasi media sosial yang kamu gunakan, beserta dengan jumlah pengikutnya. Sependek pengalaman saya selama bekerjasama dengan brand, mereka akan memilih menggunakan platform media sosial Instagram, Facebook, Twitter, dan LinkedIn sebagai social signal terhadap artikel yang sudah saya tulis di blog untuk dibagikan ke media sosial tersebut.

3. Rate Card dan Jasa yang Diberikan

Setelah memberikan gambaran yang berisi performa, ranking, dan media sosial, selanjutnya kamu bisa menentukan nilai rate card dan apa saja jasa yang akan kamu berikan kepada brand dengan nominal pembayaran tersebut. Di sini kamu harus secara detail menjelaskan apa saja jobdesk blogger yang akan kamu kerjakan. Misalnya;

  1. Rate untuk Penulisan Artikel; di mana Blogger akan menulis artikel SEO sendiri, dengan backlink sesuai yang diberikan oleh brand, dan akan tertaut pada blog secara lifetime. Mungkin kamu bisa juga menawarkan untuk membagikan artikel tulisan tersebut di salah satu media sosial yang kamu miliki.
  2. Rate untuk Content Placement; di mana untuk konten artikel akan disediakan brand, dengan backlink yang sudah ditentukan oleh brand, dan akan terpasang secara lifetime di blog. Sebagai social signal, kamu juga bisa menawarkan kepada klien untuk membagikan link artikel tersebut ke salah satu media sosial yang ditampilkan, karena mungkin melalui penawaran tersebut,  brand akan merasa senang dan berkenan untuk melakukan kerjasama lagi di kemudian hari.
  3. Rate untuk All in One; di mana Blogger akan menulis sendiri artikelnya, menambahkan backlink sesuai request dari brand, dan membagikan link artikel tersebut ke semua media sosial yang sudah disertakan pada portofolio content creator, dengan menyertakan hashtag tertentu.

Nah, dari penjelasan apa saja yang menjadi poin penentu dalam membuat rate card, sesuai dengan media kit atau portofolio yang selama ini sudah saya gunakan, semoga para content creator pemula bisa memiliki gambaran dalam membuat rate card nya sendiri, dan nggak perlu bingung lagi deh kalau ada brand yang email atau DM menanyakan “Untuk rate card-nya berapa ya, Kak?”

Oh ya, karena yang saya jadikan contoh adalah portofolio rate card untuk Blogger, bagi content creator platform media sosial lainnya, bisa menyesuaikan poin penentu di masing-masing platformnya ya, misal untuk data performa blog di analytics google, kamu bisa menggantinya dengan insight pada dashboard media sosialmu, dan lain sebagainya.

Oke sekian pembahasan tentang cara membuat portofolio content creator untuk rate card kali ini, semoga bermanfaat buat kamu yang membutuhkan, ya!

 

Sincerely,

Els

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *