Di ruangan sederhana dengan komputer yang sudah menua, Maman Sulaeman, guru IT di SMK Gondang Wonopringgo, Pekalongan, menatap layar dengan penuh harap. Bukan untuk memeriksa nilai siswa, melainkan menguji hasil kerja kerasnya, dalam mengusahakan keberhasilan ujian anak-anak didiknya melalui sebuah aplikasi pembelajaran yang bisa berjalan tanpa sinyal dan tanpa server.
Pandemi COVID-19 membuat dunia pendidikan terpaksa berpindah ke ruang digital. Namun, di banyak daerah, terutama di sekolah-sekolah terpencil seperti tempat Maman mengajar, perubahan itu bukan hal yang mudah. Keterbatasan sinyal, server, dan perangkat membuat banyak siswa kesulitan mengikuti pembelajaran jarak jauh.
Kondisi itulah yang mendorongnya berpikir lebih jauh: kalau internet tidak bisa menjangkau siswa, mungkin teknologi yang harus menyesuaikan dengan keterbatasan mereka.
Table of Contents
- 1 Keterbatasan Akses Internet bagi Siswa dan Tenaga Pengajar di Daerah Terpencil
- 2 CBT TCExam Mobile Friendly, Inovasi Teknologi Pendidikan yang Lahir dari Keresahan Maman Sulaeman
- 3 Dampak Keberlanjutan Hadirnya CBT TCExam Mobile Friendly, Sukseskan Ujian Daring Ribuan Siswa di Berbagai Pelosok Negeri
- 4 Bergerak dan Berdampak, Apresiasi SATU Indonesia Award untuk Inovator Aplikasi Pembelajaran Tanpa Sinyal Tanpa Server
Keterbatasan Akses Internet bagi Siswa dan Tenaga Pengajar di Daerah Terpencil
Pandemi COVID-19 memperlihatkan betapa timpangnya akses pendidikan di Indonesia. Banyak anak sekolah di wilayah 3T kesulitan menjalankan pembelajaran daring karena minimnya infrastruktur internet.
Bukan hanya itu, keterbatasan siswa untuk membeli kuota internet, belum meratanya akses wifi di setiap kelas, hingga server sekolah yang masih terbatas, menyebabkan siswa kesulitan mengakses ujian secara daring.
Maman, yang berhadapan dengan berbagai keterbatasan tersebut, tidak ingin melihat semangat belajar siswanya padam hanya karena masalah sinyal. Ia percaya, teknologi seharusnya memudahkan, bukan malah membuat mereka yang berada jauh dari pusat kota malah tertinggal.
Dari keresahan itulah, Maman berinisiatif menciptakan inovasi yang berhasil mengantarkan siswa-siswanya, menyelesaikan ujian tanpa perlu menggunakan koneksi internet ataupun server. Inovasi tersebut bernama CBT TCExam Mobile Friendly: Aplikasi Pembelajaran Tanpa Sinyal, Tanpa Server.
CBT TCExam Mobile Friendly, Inovasi Teknologi Pendidikan yang Lahir dari Keresahan Maman Sulaeman
Sebenarnya Maman mulai mengembangkan CBT TCExam sejak tahun 2016, dan saat itu, program tersebut hanya digunakan untuk ujian berbasis komputer saja. Namun setelah adanya intruksi untuk melakukan pembelajaran secara daring selama pandemi COVD-19, Ia mulai memodifikasi sistem tersebut agar bisa dijalankan tanpa sinyal, tanpa server, dan tentunya mobile friendly, sehingga siswa dapat mengakses program tersebut, hanya dengan menggunakan ponsel.
CBT TCExam mulai digunakan saat ujian semester pada awal tahun 2020. Awalnya, ia hanya ingin memastikan siswanya bisa menyelesaikan ujian, tanpa harus bingung memikirkan koneksi internet yang tidak stabil. Namun hasilnya ternyata melebihi ekspektasi. Dalam waktu singkat, ratusan siswa berhasil mengikuti ujian daring lokal dengan lancar, tanpa buffering, dan tanpa gangguan sinyal.
Maman Sulaeman membuktikan kalau Aplikasi Pembelajaran Tanpa Sinyal, Tanpa Server bisa bekerja dengan cara sederhana tapi cerdas. Guru akan bertindak sebagai server lokal yang membagikan soal ujian melalui aplikasi pesan instan seperti WhatsApp, atau melalui Bluetooth, ke ponsel siswa, sehingga siswa dapat mengerjakan ujian menggunakan aplikasi CBT TCExam di ponselnya, selanjutnya semua hasilnya tersimpan otomatis di perangkat guru.
Inovasi ini tentu merupakan buah empati seorang guru yang memahami betul realitas di lapangan. Maman menggunakan kemampuan teknisnya di bidang komputer bukan untuk menciptakan sesuatu yang rumit, tetapi yang bermanfaat dan relevan bagi lingkungan sekolahnya.
Sistem ini menjadi contoh nyata bahwa guru juga bisa menjadi inovator teknologi. Maman mempraktikkan filosofi pendidikan yang sederhana: jika murid sulit menjangkau ilmu, maka gurulah yang harus mendekatkan ilmu kepada murid.
Tak berhenti di situ, Maman juga membagikan file aplikasi dan panduannya secara gratis kepada sekolah-sekolah lain. Bahkan Ia memberikan lisensi opensource untuk Aplikasi Pembelajaran Tanpa Sinyal Tanpa Server CBT TCExam Mobile Friendly, dengan tujuan memudahkan pengguna lain untuk bisa memodifikasi, atau menambahkan fitur baru di dalamnya, agar aplikasi tersebut bisa memberikan manfaat yang lebih maksimal lagi.
Karena dengan menyatukan gerak, yakni dalam bentuk kolaborasi untuk menghasilkan Aplikasi Pembelajaran Tanpa Sinyal Tanpa Server yang lebih maksimal lagi, maka kolaborasi tersebut akan terus membawa dampak yang lebih baik lagi.
Dampak Keberlanjutan Hadirnya CBT TCExam Mobile Friendly, Sukseskan Ujian Daring Ribuan Siswa di Berbagai Pelosok Negeri
Kini, aplikasi pembelajaran tanpa sinyal dan tanpa server karya Maman telah membantu lebih dari 4.671 siswa dalam menyelesaikan ujian daring tanpa internet dan tanpa server. CBT TCExam juga digunakan di lebih 22 sekolah yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Aceh, Sumatera Utara, NTT, Kalimantan Selatan hingga Sulawesi Selatan. Sistemnya yang ringan, aman, dan gratis membuat banyak sekolah bisa melaksanakan ujian berbasis komputer tanpa harus menunggu koneksi internet stabil.
Bagi Maman, setiap kali melihat siswanya bisa ujian tanpa gangguan adalah bentuk kebahagiaan tersendiri. “Saya bukan ahli teknologi besar,” katanya dengan rendah hati. “Saya hanya ingin memastikan tidak ada anak yang gagal ujian karena sinyal.”
Bergerak dan Berdampak, Apresiasi SATU Indonesia Award untuk Inovator Aplikasi Pembelajaran Tanpa Sinyal Tanpa Server
Dedikasi dan inovasi Maman akhirnya mendapat pengakuan nasional. Pada tahun 2021, ia dianugerahi Apresiasi SATU Indonesia Awards kategori Teknologi.
Penghargaan tersebut diberikan kepada individu muda yang berkontribusi nyata melalui inovasi berkelanjutan. Maman menjadi salah satu dari sedikit guru di Indonesia yang mampu menjembatani kesenjangan digital di dunia pendidikan, bukan dengan modal besar, tapi dengan kepedulian dan kreativitas.
Inovasi Maman Sulaeman membuktikan bahwa teknologi sejatinya adalah tentang kemanusiaan. Ketika dunia beralih ke sistem digital dan banyak sekolah tertinggal karena sinyal, seorang guru di Pekalongan menunjukkan bahwa pendidikan bisa tetap berjalan, dengan niat kuat untuk mencari solusi.
Maman bergerak bukan karena ia diminta, tapi karena ia peduli. Dan dampaknya, kini dirasakan oleh ribuan siswa yang bisa belajar dan ujian tanpa takut kehilangan sinyal. Kisah Maman mengingatkan kita bahwa masa depan pendidikan Indonesia tidak hanya bergantung pada teknologi canggih, tapi pada manusia-manusia sederhana yang mau berbuat lebih.
#APA2025-BLOGSPEDIA